Thursday, September 25, 2008

Tiga Catatan di Akhir Ramadhan

“Siapa yang tidak mampu meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta (waktu berpuasa), maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya.” (HR. Al-Bukhari)

Maha Agung Allah Yang menggantikan malam kepada siang. Siang pun kembali menuju malam. Hari-hari beriring membentuk bulan. Dan bulan-bulan pun beredar menjadi tahun. Semua nikmat dan berkah-Nya seperti berkumpul pada satu puncak bulan: Ramadan. Kini “madu” Ramadhan tahun ini sudah sampai di tetes terakhir untuk kita nikmati. Ada tiga catatan yang patut kita garis bawahi selama menikmati Ramdhan tahun ini, (tapi Anda bisa menambahkannya sesuai perenungan yang Anda dapatkan selama menikmati Ramadhan tahun ini).

Pertama, seliar apa pun nafsu kita, ia bisa didewasakan.

Momentum Ramadan menyediakan tarbiyah khusus buat nafsu kita. Mungkin, nafsu bisa mendikte apa pun di luar Ramadan. Di balik tuntutan lapar, ia bisa saja menciptakan seribu satu dalih agar orang mencuri. Ia juga bisa mengelabui orang hingga terjebak pada zina. Dan di balik tuntutan istirahat, ia pun mampu mengungkung orang menjadi penyantai dan pemalas.

Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “…sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 12: 53)

Di luar Ramadan, pintu-pintu aliran energi nafsu kerap terbuka lebar. Ia bebas mondar-mandir. Bisa bertingkah seperti apa pun menurut seleranya. Kekuatan nafsu kian berkembang bersama energi yang diperoleh tubuh dari makan, minum, dan lain-lain. Bayangkan jika pintu-pintu itu tak pernah tertutup. Nafsu jadi kian liar.

Allah swt. menghadiahi shaum agar seorang mukmin bisa mendewasakan nafsu. Bisa menutup-buka pintu-pintu energinya. Hingga, nafsu tidak lagi seperti anak kecil yang bisa dapat apa pun ketika merengek dan menuntut. Nafsu harus dipaksa. Agar, ia bisa dewasa. Semoga tarbiyah Rabbaniyah di bulan Ramadhan ini telah memdewasakan nafsu kita. Sehingga, pasca Ramadhan nanti kita bisa mengendalikan diri.

Kedua, sekotor apa pun jiwa kita, ia bisa dibersihkan.

Jangan pernah membayangkan kalau yang di dalam tak tersentuh kotoran. Alur hidup persis seperti aliran air dalam pipa-pipa. Ada yang masuk, mengalir dan berproses hingga menjadi keluaran. Kian kotor masukan, makin banyak endapan yang melekat pada bagian dalam pipa. Suatu saat, pipa bisa keropos. Ini akan berpengaruh pada keluaran yang dihasilkan.

Selama sebelas bulan, saringan-saringan masukan boleh jadi begitu longgar. Bahkan mungkin, tidak ada sama sekali. Semua bisa masuk. Mulai dari yang samar, kotor, bahkan beracun. Kalau saja tidak dipaksa ada saringan, proses pengeroposan menjadi sangat cepat. Jiwa-jiwa yang keropos akan membutakan mata hati. “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami? Atau, telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi hati yang di dalam dada.” (QS. 22: 46)

Jika aliran yang masuk melalui pipa mata, telinga, mulut, pikiran, dan rasa bisa tersaring jernih; tidak akan ada endapan. Tidak akan ada tumpukan racun si pembuat keropos. Otomatis, keluaran pun menjadi bersih. Ibadah yang sebelumnya berat menjadi ringan. Sangat ringan!

Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sungguh beruntung yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugi yang mengotorinya.” (QS. 91: 7-10)

Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung karena telah berusaha membersihkan jiwa kita selama sebulan di Ramdhan tahun ini.

Ketiga, sepicik apa pun ego kita, ia bisa dicerdaskan.

Kadang manusia bangga berdiri di atas egonya. Seolah ia mengatakan, “Inilah saya!” Nalar berikutnya pun bilang, pusatkan semua kekuatan diri demi kepuasan ego. Walau sebenarnya, keakuan itu sudah melabrak nilai-nilai ketinggian Islam.

Karena ego, orang bisa menganggap kalau dirinyalah yang terbaik. Tak perlu masukan dan sumbang saran. Karena ego pula, orang menjadi tak perlu berjamaah. Ego menghias kepicikan diri menjadi prestasi besar.

Ramadan memaksa ego untuk tunduk dengan kenyataan. Bahwa, yang ego banggakan ternyata tak sekuat yang dibayangkan. Dan kelemahannya begitu sederhana. Semua ada pada energi yang dihasilkan dari nasi, ikan, telur, dedaunan, dan air. Selebihnya, ego tak punya apa-apa.

Dalam bentuk yang lain, ego bisa ditundukkan dengan memperbanyak sujud. Itulah di antara makna qiyamul lail. Ketika sendiri, kemuliaan ego melalui simbol kepala secara terus-menerus disejajarkan dengan bumi. Suatu tempat di mana di situ ada kotoran, tempat berpijak kaki-kaki hewan, dan tempat berkumpul kotoran manusia. Ego dipaksa untuk melihat kenyataan diri. Bahwa, ia hanya seorang hamba.

Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya...” (QS. 98: 5)

Semoga tarbiyah Rabbaniyah di Ramadhan tahun ini telah mengembalikan kita kepada kesadaran bahwa kita hanyalah seorang hamba yang tugas utamanya adalah menyembah Allah. Tidak lebih.

Inilah momentum Ramadan yang begitu mahal. Persis seperti kucuran hujan buat para petani. Kumpulan airnya akan berlalu begitu saja jika tidak segera dibendung, dialirkan, dan dimanfaatkan. Agar, benih-benih kebaikan baru bisa tumbuh, besar, dan berbuah. Semoga kita bukan petani yang lalai menampung hujan rahmat di Ramadhan tahun ini.


U are So Special Person

Suatu haRi seoRang pembicaRa teRkenaL membuka seminaRnya denGan caRa yanG unik.

SambiL memeGanG uanG pecahan Rp. 100. 000,- ia beRtanya kepada hadiRin,

"Siapa yanG mau uanG ini?" Tampak banyak tanGan diacunGkan. PeRtanda banyak peminat.

"Saya akan beRikan ini kepada saLah satu daRi Anda sekaLian, tapi sebeLumnya perkenankanlah saya melakukan ini."

Ia beRdiRi mendekati hadiRin. UanG itu diRemas-Remas denGan tanGannya sampai beRLipat2.

LaLu beRtanya Lagi, "Siapa yanG masih mau uanG ini?"

JumLah tanGan yanG teRacunG tak beRkuRanG.

"BaikLah," jawabnya, "Apa jadinya biLa saya meLakukan ini?" ujaRnya sambiL menjatuhkan uanG itu ke Lantai dan menGinjak2nya denGan sepatunya.

Meski masih utuh, kini uanG itu jadi amat kotoR dan tak muLus Lagi.

"Nah, apakah sekaRang masih ada yanG beRminat?"

TanGan-tanGan yanG menGacunG masih tetap banyak.

"HadiRin sekaLian, Anda baRu saja menGhadapi sebuah peLajaRan pentinG.

Apapun yanG teRjadi denGan uanG ini, anda masih beRminat kaRena apa yanG saya Lakukan tidak akan menGuRanGi niLainya. BiaRpun Lecek dan kotoR, uanG itu tetap beRniLai Rp. 100.000,00.

DaLam kehidupan ini kita peRnah bebeRapa kaLi teRjatuh, teRkoyak, dan beLepotan kotoRan akibat keputusan yanG kita buat dan situasi yanG meneRpa kita.

DaLam kondisi sepeRti itu, kita meRasa tak beRhaRGa, tak beRaRti.

PadahaL apapun yanG teLah dan akan teRjadi, Anda tidak peRnah akan kehiLangan niLai di mata meReka yanG mencintai Anda, teRLebih di mata TUHAN.

JanGan peRnah Lupa - Anda SPESIAL...!!!

Thursday, September 11, 2008

Sumber Syahwat Itu Bernama: Perempuan!

Dalam Qur'an Surat Ali Imran ayat 14 dikatakan syahwat manusia kecenderungan pertama berasal dari perempuan. "Dihiasi manusia dengan syahwat yang muncul dari perempuan dan anak-anak....."

Dalam surat ini dikatakan "manusia", bukan saja laki-laki. Artinya seluruh manusia memiliki syahwat kepada perempuan. Kalau dikatakan "manusia" artinya mencakup laki-laki dan perempuan juga. Kalau laki-laki memiliki syahwat kepada perempuan itu sudah normal, tapi bagaimana dengan perempuan terhadap perempuan?

Dalam kajian tafsir, seorang ustadz menjelaskan maksud ayat ini kurang lebih sebagai berikut: Seorang perempuan bila melihat perempuan lain lebih cantik dari padanya, lebih baik dari dirinya, apakah itu pakaiannya, tas, sepatu, rumah, jilbab, perabotan dan lain-lain, biasanya langsung timbul keinginan dalam hatinya untuk bisa juga seperti orang yang dilihatnya itu atau memiliki keinginan untuk memiliki juga benda yang ada pada perempuan yang dilihatnya. Beda dengan laki-laki, laki-laki biasanya tidak timbul syahwatnya melihat sesamanya mengenakan pakaian bagus, lebih tampan, ujar Ustadz Saiful melanjutkan.

Biasanya dialog yang terjadi jika perempuan bertemu dengan perempaun lain antara lain, "Jilbabnya bagus, beli dimana? saya jadi ingin beli juga" atau "model baru ya, bagus sekali, antarkan saya dong, saya mau beli juga"!!

Pantas saja sebelum meninggal, Rasul berpesan agar benar-benar melindungi perempuan, tidak saja banyak fitnah yang ditimbulkan oleh perempuan, tapi juga syahwat (keinginan) yang dapat menjerumuskan manusia kedalam kebinasaan.

Laki-laki bergairah mencari nafkah bisa disebabkan karena perempuan. Laki-laki melakukan KKN, pekerjaan tercela dan perilaku binatang bisa juga disebabkan karena perempuan. Perempuan, adalah makluk yang luar biasa, dari rahimnya lahir manusia setingkat Rasulullah dan sehina Fir'aun.

Pesan Rasulullah kepada perempuan, hati-hatilah dalam kehidupan dunia, jangan jadi penggoda, sebagaimana perempuan juga suka digoda.

Wallaahu'alam.




Apa Yang Menghalangimu Untuk Belum Berhijab Wahai Saudariku ??

Hijab adalah pakaian wanita muslim yang menutup bagian kepala sampai dengan kaki (termasuk didalamnya jilbab/tudung dan pakaian yang longgar tidak memperlihatkan lekuk tubuh). Bagi orang awam, masalah hijab mungkin dianggap masalah sederhana. Padahal sesungguhnya, ia adalah masalah besar. Karena ia adalah perintah Allah SWT yang tentu didalamnya mengandung hikmah yang banyak dan sangat besar. Ketika Allah SWT memerintahkan kita suatu perintah, Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu adalah untuk kebaikan kita dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan, kemuliaan dan keagungan wanita.

Seperti firman Allah SWT: "Hai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin untuk mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”.(QS. Al Ahzab:59)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda: "Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, diatas kepala mereka (terdapat suatu) seperti punuk onta yg lemah gemulai. Laknatlah mereka! Sesunggunya mereka adalah wanita -wanita terlaknat."(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad(2/33))

Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga pernah bersabda: “Dua kelompok termasuk penghuni Neraka, Aku (sendiri) belum pernah melihat mereka, yaitu seperti orang yg membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuki manusia dan para wanita yg berpakaian (tetapi ) telanjang, bergoyang berlenggak lenggok, kepala mereka (ada suatu) seperti punuk unta yg bergoyang goyang. Mereka tentu tidak akan masuk Surga, bahkan tidak mendapat baunya. Dan sesungguhnya bau Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian."(HR. Muslim, hadits no. 2128).

Dimasa kini banyak alasan atau sebab yang sering dijadikan alasan mengapa para wanita enggan untuk berhijab, diantaranya:

1. Belum mantap
Bila ukhti/saudari berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Tuhan dengan perintah manusia. Selagi masih dalam perintah manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksa untuk menerimanya. Tapi bila perintah itu dari Allah SWT tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan saya belum mantap, karena bisa menyeret manusia pada bahaya besar yaitu keluar dari agama Allah SWT sebab dengan begitu ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut.

Allah SWT berfirman Allah: "Dan tidak patut bagi lelaki mukmin dan wanita mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)

2. Iman itu letaknya di hati bukan dalam penampilan luar
Para ukhti/saudari yang belum berhijab berusaha menafsirkan hadist, tetapi tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian.”(HR. Muslim, Hadist no. 2564 dari Abu Hurairah).

Tampaknya mereka menggugurkan makna sebenarnya yang dibelokkan pada kebathilan. Memang benar Iman itu letaknya dihati tapi Iman itu tidak sempurna bila dalam hati saja. Iman dalam hati semata tidak cukup menyelamatkan diri dari Neraka dan mendapat Surga. Karena definisi Iman Menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah: "keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan". Dan juga tercantum dalam Al-Quran setiap kali disebut kata Iman, selalu disertai dengan amal, seperti: "Orang yg beriman dan beramal shalih....". Karena amal selalu beriringan dengan iman, keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.

3. Allah belum memberiku hidayah
Ukhti/saudari yang seperti ini terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Karena bila orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo'akan dirinya agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan sebab-sebab yang bisa mengantarkannya sehingga mendapatkan hidayah tersebut. Seperti firman Allah SWT: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra'd: 11).

Karena itu wahai uhkti/saudari, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya Anda mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah SWT. Diatara usaha itu adalah berdo'a agar mendapat hidayah, memilih kawan yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab Allah, mengikuti majelis dzikir dan ceramah agama dan lainnya.

4.Takut tidak laku nikah
Syubhat ini dibisikkan oleh setan dalam jiwa karena perasaan bahwa para pemuda tidak akan mau memutuskan untuk menikah kecuali jika dia telah melihat badan, rambut, kulit, kecantikan dan perhiasan sang gadis. Meskipun kecantikan merupakan salah satu sebab paling pokok dalam pernikahan, tetapi ia bukan satu-satunya sebab dinikahinya wanita.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal; yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yg berpegang teguh dengan agama,(jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu". (HR. Al Bukhari, kitaabun nikah,9/115).

5. Ia masih belum Dewasa
Sesungguhnya para wali, baik ayah atau ibu yang mencegah anak puterinya berhijab, dengan dalih karena masih belum dewasa, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dihadapan Allah SWT pada hari Kiamat. Karena menurut syariat ketika seorang gadis mendapatkan Haidh, seketika itu pula ia wajib untuk berhijab.

6. Orang tuaku dan suamiku melarang berhijab
Dasar permasalahan ini adalah bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus didahulukan daripada keta’atan kepada mahluk siapa pun dia. Seperti dalam hadits shahih disebutkan:

"sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan."(HR. Al Bukhari dan Muslim). Dan sabda Rasul dalam hadist lainnya: "Dan tidak boleh ta'at kepada mahluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada Al-Khaliq." (HR. Imam Ahmad, hadits ini shahih).

Maka dari itu wahai ukhti yang belum berhijab, semoga tulisan ini mejadi pembuka hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yg tertidur, sehingga bisa mengembalikan segenap akhwat yang belum menta’ati perintah berhijab, kepada fitrah yang telah diperintahkan Allah SWT.

(Dikutip dari buku terjemahan yg berjudul asli Ila Ukhti Ghairil Muhajjabah Mal Maani'u Minal Hijab? oleh Syaikh Abdul Hamid Al Bilaly).

Wallahu A’lam.

Assalaamu'alaikum~~~~jaga hati, jaga panca indramu! jaga sikap + perbuatanmu,JANGANTURUTI NAFSU & AMARAHMU = INGAT! GUSTI ALLAH TIDAK PERNAH TIDUR = ->->-.>

PERKENALAN dari ku:

My photo
jakarta - kediri, alam raya, Indonesia
Dalam impian masa remajaku Kucoba kuangkat kembali karung-karung bernama harapan, ku terjatuh, Kucoba untuk bangkit kembali, Aku terjatuh dan aku terjatuh...... Entah berapa kali aku terjatuh, aku tak dapat menghitungnya, Namun aku masih bertahan, karena hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh Hidup adalah perjuangan, memasuki rahasia langit dan bumi, serta mencipta dan mengukir kehidupan adalah tujuan akhirku. Dan kuyakin masih ada hari esok bersama Pelangi. Aku terus berusaha dan berdoa, Aku serahkan tubuh dan jiwaku sepenuhnya untuk-Mu Tuhan,