Wednesday, October 15, 2008

Maka Nikmatilah, Karena Ini Pun Akan Berlalu

Saat di depanmu terhidang nasi sayur tahu tempe, mengapa mesti sibuk berandai-andai dapat makan ikan, daging atau ayam ala resto? Padahal kalau saja kau nikmati apa yang ada tanpa berkesah, pastilah rasanya tak jauh beda. Karena enak atau tidaknya makanan lebih tergantung kepada rasa lapar dan mau tidaknya kita menerima apa yang ada. Maka nikmatilah, karena jika engkau terus mengharap makanan yang lebih enak, makanan yang ada di depanmu akan basi, padahal belum tentu besok engkau akan mendapatkan yang lebih baik daripada hari ini.

Saat engkau menemui udara pagi ini cerah, langit hari ini biru indah, mengapa sibuk mencemaskan hujan yang tak kunjung datang? Padahal kalau saja kau nikmati adanya tanpa kesah, pastilah kau dapat mengerjakan begitu banyak kegiatan dengan penuh kegembiraan. Maka nikmatilah, jangan malah resah memikirkan hujan yang tak kunjung tumpah. Karena jika kau tak menikmatinya, maka saat tiba masanya hujan menggenangi tanahmu, kau pun kan kembali resah memikirkan kapan hujan berhenti.

Percayalah, semua ini akan berlalu, maka mengapa harus memikirkan sesuatu yang tak ada, namun suatu saat pasti akan hadir jua? Sedang hal itu hanya akan membuat kita kehilangan keindahan hari ini karena mencemaskan sesuatu yang belum pasti.

Saat engkau memiliki sebuah pekerjaan dan mendapatkan penghasilan, meski tak sesuai dengan yang kau inginkan, mengapa mesti kesal dan membayangkan pekerjaan ideal yang jauh dari jangkauan? Padahal kalau saja kau nikmati apa yang kau miliki, tentu akan lebih mudah menjalani. Maka nikmatilah, karena bisa jadi saat kau dapatkan apa yang kau inginkan, ternyata tak seindah yang kau bayangkan. Maka nikmatilah, karena bisa jadi saat sudah kau lepaskan, kau akan menyesal, ternyata begitu banyak kebaikan yang tidak kau lihat sebelumnya. Ternyata begitu banyak keindahan yang terlewat tak kau nikmati.

Maka nikmatilah, dan jangan habiskan waktumu dengan mengeluh dan menginginkan yang tidak ada. Maka nikmatilah, karena suatu saat, semua ini pun akan berlalu. Maka nikmatilah, jangan sampai kau kehilangan nikmatnya dan hanya mendapatkan getirnya saja. Maka nikmatilah dengan bersyukur dan memanfaatkan apa yang kau miliki dengan lebih baik lagi agar besok menjadi sesuatu yang berguna. Maka nikmatilah karena ia akan menjadi milikmu apa adanya dan hanya saat ini saja. Sedang besok bisa jadi semua telah berganti.

Jika hari ini engkau menderita, maka nikmatilah, karena ini pun akan berlalu, jangan biarkan dia pergi, kemudian ketika kau harus lebih menderita suatu saat nanti, engkau tidak sanggup menahannya. Maka nikmatilah rasa sedihmu, dengan mengenang kesedihan yang lebih dalam yang pernah kau alami. Dengan membayangkan kesedihan yang lebih memar pada hari akhir nanti jika kau tak dapat melewati kesedihan kali ini.

Dengan menemukan penghapus dosa pada musibah yang kau alami kini. Maka nikmatilah rasa galaumu, dengan betafakkur lebih banyak atas permasalahan yang kau hadapi. Dengan memikirkan kedewasaan yang kan kau gapai atas resah dan galau itu. Dengan kematangan yang akan kau miliki setelah berhasil melewati semua ini. Maka nikmatilah rasa marahmu, dengan kemampuan mengendalikan diri. Dengan memikirkan penggugur dosa yang kan kau dapatkan. Dengan mendapatkan kemenangan atas diri pribadi yang tak semua orang dapat lakukan.

Maka nikmatilah, dengan berpikir positif atas apa pun yang kau jalani, atas apapun yang kau hadapai, atas apapun yang kau terima, karena dengan begitu engkau akan bahagia. Maka nikmatilah, karena ini pun akan berlalu jua. Maka nikmatilah, karena rasa puas dan syukur atas apa yang telah kita raih akan menghadirkan ketenteraman dan kebahagiaan. Sedang ketidakpuasan hanya akan melahirkan penderitaan. Maka nikmatilah, karena ini pun akan berlalu. Maka nikmatilah, agar engkau tidak kehilangan hikmah dan keindahannya, saat segalanya telah tiada. Maka nikmatilah, agar tak hanya derita yang tersisa saat semua telah berakhir jua.



Wednesday, October 8, 2008

Nilai Seorang Perempuan Muslimah

Betapa rendahnya wanita islam sekarang, banyak mereka yang mengaku dirinya islam tapi sama sekali tidak mencerminkan sebagai seorang wanita yang islami. Justru banyak dari mereka yang merusak agamanya sendiri.

Dalam hal ini saya juga tidak menutup kemungkinan bahwa saya sendiri terkadang juga pernah melakukan hal yang mencoreng agama saya sendiri. Sebagai seorang muslim tidak sepantasnya kita berperilaku seperti orang-orang jahiliyah dahulu, memang untuk melakukan hal itu sekarang sangatlah sulit, tapi bukan berarti kita harus melepas aqidah ataupun melupakan apa yang seharusnya tidak boleh kita lakukan sebagai seorang muslim.

Banyak sudah wanita-wanita islam yang sudah keluar dari jalur keislamannya hanya karena menuruti hawa nafsunya saja. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang tidak terlihat batasannya, busana-busana yang tidak lagi menutupi aurat (berjilbab tapi masih kelihatan celana dalamnya) adanya pendapat tentang berpacaran secara islami, itu semua adalah bohong dan tipu daya syetan agar manusia terjerumus dalam siksa neraka saja. Dan yang lebih memprihatinkan lagi pelaku-pelaku maksiat tersebut justru orang yang berpendidikan tinggi seperti mahasiswa ataupun mahasiswinya.

Bisa kita lihat sekarang ini betapa banyaknya perempuan yang sudah tidak perawan lagi, tapi mereka tidak punya malu dan masih merasa dirinya suci dengan tetap entengnya untuk bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik lagi. Naudzubillah.

Saya lebih heran lagi dan jujur juga sangat jijik perempuan-perempuan tersebut ternyata adalah mereka yang tahu tentang agamanya juga mereka berjilbab, astaghfirullah. Betapa malunya saya, sebagai salah satu pendukung jilbab harus ikut menanggung dengan mencoreng wanita yang berjilbab. Jilbab tidak lagi mereka gunakan sebagai hiasan mahkota muslimah tapi hanya sebagai tameng untuk menutupi kebusukan mereka.

Padahal ciptaan Allah SWT pertama kali untuk perempuan adalah alat vitalnya dimana itu adalah amanat terbesar yang dititipkan kepada kita, namun begitu mudahnya kita melanggar.

Jangan kita menangis atau menyalahkan orang-orang yang duduk didalam pemerintahan atas apa yang sudah menimpa negara kita, ini semua tidak lain adalah perbuatan kita sendiri yang sudah banyak berbuat kerusakan dimuka bumi ini. Negara Indonesia tidak akan menjadi negara terhormat bila wanita-wanitanya tak lagi bisa menjaga kehormatan dirinya. Wanita adalah tiang negara, jika tiangnya saja sudah ambruk bagaimana mungkin negara tersebut bisa berdiri tegak dan kokoh.

Mari kita sama-sama saling membenahi diri selagi kita masih diberi kesempatan untuk bisa melakukan yang bermanfaat. Dan para wanita muslimah umumnya dan mahasiswi khususnya janganlah kalian menjadi salah satu bahan bakar neraka jahanam, tunjukkan identitas kalian sebagai seorang muslimah sejati dengan menegakkan agama Allah dan juga menjaga kehormatan kaum muslimah, itu tidak sulit tapi memang berat namun jika kita berhasil maka kita akan sama nilainya dengan para mujahid-mujahid yang berperang di jalan Allah. Jadilah ladang yang subur dan bagus, sehingga bisa menghasilkan tanaman-tanaman yang berkualitas baik secara ilmu ataupun secara agamis.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan melindungi kita semua dari hal-hal yang munkar. Ingat manusia yang paling mulia adalah manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsunya, wallahu allam bishowab



Untuk Kita Renungkan

Baca-baca arsip lama di komputer saya ternyata asyik juga tuh. Kebetulan saya memang biasa mengoleksi banyak tulisan. Tentang apa saja dan dari siapa saja. Ada yang hasil browse sendiri dari internet, pun banyak tulisan yang dikirim via e-mail dari teman-teman ke mailing list . Semua itu akan saya pilah dan ditempatkan di folder tertentu yang sudah diberi tanda. Tujuannya, tentu sebagai bahan untuk menulis.

Nah, pas baca artikel tentang renungan yang entah siapa pembuatnya, saya jadi terinspirasi untuk membuat hal yang sama. Sebagian memang saya modifikasi dan kembangkan lagi, tapi jujur saja inspirasi tulisannya dari artikel tersebut. Jadi, makasih deh kepada “entah siapa” yang menjadi penulis pertama “renungan” tersebut.

Sobat muda muda muslim, barangkali inilah enaknya punya banyak teman dan bergaul dengan mereka (terutama yang baik-baik ya). Kalo ada yang pinter, insya Allah kita kebawa pinter juga. Banyak teman kita yang rajin, maka insya Allah kita pun akan kebawa rajin.

Oya, berikut ini saya tulis ulang dan sedikit dikasih tambahan beberapa kalimat atau mungkin paragraf (karena renungan itu berupa artikel singkat). Apa aja sih? Yuk, kita sama-sama renungkan dalam-dalam:

Sedekah vs belanja

Lucu ya, uang Rp 20.000-an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal masjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket.

Jujur saja, kalimat ini begitu kena banget (khususnya kepada saya sendiri). Gimana nggak, kadang seringnya di antara kita ngisi kotak amal di masjid dengan uang recehan. Makanya, kalo pas kotak amal diedarin ke jamaah yang duduk berderet rapi di shaf-nya masing-masing suka terdengar bunyi nyaring tanda uang recehan jatuh menimpa benda keras (apalagi kalo kotaknya terbuat dari kaleng, lebih keras bunyi gemerincingnya).

Mungkin uang itu pecahan seratus, lima ratus, atau seribu rupiah yang logam. Tapi bukan berarti nggak boleh beramal dengan jumlah seperti itu. Jika ikhlas, insya Allah dapet pahala juga dong. Begitu pun sebaliknya, meski yang dimasukkin pecahan lima puluh ribu tapi nggak ikhlas kan sayang juga ya? Mendingan ngasih lima puluh ribu dan ikhlas kan? Hehehe.. itu sih, bagus banget atuh ya.

Terlepas dari nilai “ikhlas”, kita coba renungkan aja dikit ya, betapa kita masih merasa “pelit” untuk bersedekah. Padahal itu buat kita juga amalannya di sisi Allah. Tapi, kita harus merasa “royal” kalo jajan or belanja di mal. Bawa uang 50 ribu rupiah aja serasa masih kurang. Iya nggak? Kalo saya pernah ngerasa demikian. Astaghfirullah…

Semoga kita, bisa seperti Abdurrahman bin ‘Auf dan sahabat Rasul lainnya yang seperti nggak sayang sama harta. Mereka sedekahkan hartanya untuk urusan di jalan Allah dengan sangat banyak (menurut kita).

Ngaji vs nonton sepakbola

Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk dengerin pengajian, tapi betapa pendeknya waktu itu untuk nonton pertandingan sepakbola

Yap, memang kadang lucu abis, kalo dengerin pengajian mah rata-rata dari kita baru lima menit berlalu aja mata kita udah merem-melek. Ngantuk! Apalagi kalo sampe harus 45 menit, wah jarang-jarang deh yang bisa bertahan dengan penuh semangat dan aktif dengerin dan bertanya kepada narasumber pengajian.

Tapi kalo kita nonton pertandingan sepakbola di televisi, waktu “setengah main” itu terasa pendek banget. Kita terhipnotis oleh aksi bintang-bintang lapangan hijau pujaan kita. Kita pun betah menikmatinya. Nggak terasa, 45 menit berlalu singkat banget. Lucu ya?

Doa vs ngobrol

Lucu ya, seringnya kita susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa kepada Allah Swt., tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman dan kata-kata dari mulut kita begitu lancar mengalir.

Hmm… abis sholat aja, kadang banyak di antara kita yang buru-buru pulang dari masjid atau mushola. Berdoa seperlunya dan mungkin doanya monoton alias yang diucapkan yang itu-itu aja (bosen nggak sih?).

Okelah, mungkin di antara kita ada keperluan sehingga begitu selesai sholat berjamaah, berdoa sebentar dan keluar dari masjid. Nggak apa-apa, karena sebetulnya berdoa sunnah hukumnya. Cuma, di sini kita sedikit aja merenung dan evaluasi diri: “Apa iya kalo kita berdoa meminta kepada Allah begitu singkatnya? Begitu buru-burunya? Dan nggak pandai merangkai kata dalam berdoa untuk ‘memikat' Allah Swt.?”

Emang iya sih, Allah Mahatahu apa yang diinginkan hambaNya dalam berdoa, tapi adabnya kan kita kudu sopan. Wong sama orang aja kita sopan dan menghargai. Iya nggak?

Tapi lucunya pas kita ngobrol bareng teman-teman, rangkaian kata dari mulut kita mengalir deras. Nggak ada beban dan lepas aja, gitu. Lain kali ye hawanya? Lucu juga tuh.

Sepakbola vs sholat

Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan sepakbola favorit kita, tapi betapa bosannya kita bila imam sholat tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.

Eh, jujur aja nih, terutama kalo nonton sepakbola di pertandingan final. Kalo hasilnya seri di waktu normal, maka diadakan perpanjangan waktu. Nah, banyak di antara kita yang betah menikmatinya. Apalagi kalo sampe nontonnya berjamaah di kafe. Dijamin seru abis.

Tapi, kalo bacaan ayat dari sang imam pas sholat tarawih panjang dikit aja, kita langsung pegel-pegel, dan nekat ngejatuhin ‘talak tiga' untuk nggak sholat di masjid itu lagi kalo imamnya orang tersebut. Walah?

Itu sebabnya, masjid or mushola yang melaksanakan sholat tarawih berjamaah dengan imam sholatnya yang biasa ngebut dengan kecepatan tinggi dalam membaca ayat, pasti membludak jamaahnya. Ckckck.. betapa banyak dari kita yang pengennya instan dan serba cepat dalam hal ibadah.

Baca al-Quran vs baca novel

Lucu ya, susah banget baca al-Quran 1 juz saja, tapi baca novel best sellers 100 halaman pun habis dilalap dalam sekejap dan kita merasa enjoy .

Hihihi.. iya juga ya? Waktu sekolah dulu saya bareng temen-temen pernah baca Wiro Sableng yang judulnya “Petaka Gundik Jelita” dan “Lima Iblis dari Nanking” antara 1 sampe 2 jam. Dan itu harus ngorbanin baca Fessenden & Fessenden yang nulis Kimia Organik. Padahal besoknya mo ujian kimia. Baca al-Quran? Hmm.. satu halaman kayaknya udah merasa “beruntung” deh. Ckckck… kenapa ya? Lucu sekaligus sedih kalo mengenang ini.

Rahasianya apa? Mungkin kalo bacaan al-Quran cepet bosen karena nggak ngerti artinya. Mugkin juga. Eh, tapi ada juga teman yang asyik banget baca Harry Potter edisi bahasa Inggris-nya sampe berjam-jam kok. Ya, kita sih khusnudzan saja, mungkin juga baca al-Quran pun doi sanggup berjam-jam dan berjuz-juz. Tapi umumnya, kita suka cepet bosen kan baca al-Quran lama-lama? Lebih sregep baca novel, baca komik, atau lainnya.

Eh, bukan berarti nggak boleh lho. Silakan aja baca novel. Ini juga sekadar renungan, bahwa ternyata kita lebih susah dan lebih banyak malasnya untuk baca al-Quran ketimbang baca bacaan lainnya. Tul nggak?

Konser musik vs shalat jumat

Lucu ya, orang-orang pada berebut untuk dapetin tempat di barisan paling depan ketika nonton konser musik, tapi berebut cari shaf paling belakang bila shalat jumat agar bisa cepat keluar.

Coba deh tengok acara konser musik di televisi, banyak orang rebutan untuk mendapatkan ‘shaf' terdepan biar bisa ngelihat dengan jelas bintang pujaannya, syukur-syukur kalo sampe bisa salaman.

Kalo pun harus bayar, banyak di antara kita yang rela ngeluarin duit untuk nebus tempat strategis di arena konser. Tapi pas sholat jumat mah , nyari tempat di shaf paling belakang biar cepet keluar, atau paling nggak nyari dinding or tiang untuk nyender. Lucu ya?

Dakwah vs gossip

Lucu ya, susahnya orang diajak untuk partisipasi dalam dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi dalam menyebar gossip.

Ckckck… untuk ngajak dakwah susahnya setengah hidup. Alasannya macem-macem. Entah dengan alasan karena belum cukup ilmu, atau karena malu. Sehingga bikin lidah kelu. Tapi begitu ada yang ngomporin untuk ngegossip, lidahnya langsung fasih dan ikut nyebarin lagi. Wuih, aneh ya? Lucu ya?

Padahal, tentu saja, nilai perbuatannya lain banget. Kalo dakwah insya Allah dapet pahala, tapi ngegossip? Selain dibenci orang, juga dibenci Allah Swt. Amit-amit deh. Tapi, kenapa banyak di antara kita yang hobi ngegossip ketimbang semangat dakwah? Semoga menjadi renungan…

Media massa vs al-Quran

Lucu ya, kita begitu percaya banget pada apa yang disampaikan media massa, tapi kita sering mempertanyakan apa yang disampaikan al-Quran.

Jujur saja, media massa saat ini menjadi salah satu kekuatan untuk melakukan perubahan sosial, politik, ekonomi dsb. Banyak dari kita yang percaya begitu saja dengan apa yang disampaikan media massa. Kasus peledakkan bom di London awal Juli lalu, media massa hampir di seluruh dunia langsung “menuding” Islam dan kaum muslimin berada di balik serangan tersebut.

Eh, kita yang baca, banyak juga yang kemudian terprovokasi dan ikut-ikutan menjatuhkan vonis kepada Islam dan umatnya. Apa nggak bahaya banget tuh?

Tapi kita, kaum muslimin, ada juga yang masih mempertanyakan apa yang disampaikan oleh al-Quran. Isinya diutak-atik dan dipersepsi sendiri demi keuntungan dan tujuan tertentu. Kebalik-balik memang. Padahal, dalam surat al-Baqarah ayat 2 saja Allah Swt. sudah menjamin bahwa al-Quran itu “laaroiba fiihi” alias tidak ada keraguan di dalamnya. Nggak cuma itu, ayat tersebut melanjutkan (yang artinya): “petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.

Yap, al-Quran itu pasti kebenarannya, dan sekaligus petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Jadi, mengapa harus mempertanyakan lagi apa yang disampaikan Allah dalam al-Quran? Tapi dalam waktu bersamaan, kita lebih percaya kepada media massa (bahkan ada yang sampe nggak perlu ngecek kebenarannya), padahal nggak jarang isinya berupa ‘kabar burung' dan juga informasi yang sesat dan menyesatkan.

Surga pengen, beramal ogah


Lucu ya, pengen masuk surga, tapi ogah beramal. Hmm.. ini sih bukan hanya lucu, tapi juga aneh bin ajaib. Emangnya surga gratis? Nggak lha yauw. Kita-kita aja masih was-was, khawatir amalan baik selama ini nggak keterima karena mungkin nggak ikhlas. Lebih sedih lagi seharusnya jika kita berharap surga tapi nggak pernah (atau sedikit) beramal baik.

Sobat muda muslim, banyak di antara kita yang kepengen masuk surga, tapi diminta untuk sholat aja susahnya setengah mati. Banyak juga di antara kita yang pengen dapetin surgaNya, tapi diminta untuk taat dan patuh sama ajarannya aja ogah. Itu sih sama artinya ngarepin dapet uang pensiun tapi tanpa kerja selagi usia produktif. Lucu dan aneh banget kan?

Pengen masuk surga tapi tanpa beriman dan tanpa beramal sholeh, kira-kira mungkin nggak? Mimpi kali ye!

Ini sedikit renungan aja buat kita semua. Semoga kita mulai berbenah dalam hidup ini. Mumpung masih muda. Selagi mudah untuk melakukan berbagai amal kebaikan, jangan sia-siakan waktu kita. Kita bisa berbuat lebih banyak. Karena kita nggak pernah tahu kapan kita dijemput oleh Malaikat Ijroil untuk menghadap Allah Swt. dan mempertanggung-jawabkan perbuatan kita selama di dunia. Mumpung masih ada waktu, sebisa mungkin kita mengumpulkan banyak amal baik untuk bekal di akhirat kelak.

Rasul mulia saw. telah bersabda: “Bersegeralah menunaikan amal-amal kebajikan. Karena, saatnya nanti akan datang banyak fitnah, bagaikan penggalan malam yang gelap gulita. Betapa bakal terjadi seseorang yang di pagi hari dalam keadaan beriman, di sore harinya ia menjadi kafir. Dan seseorang yang di waktu sore masih beriman, keesokan harinya menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan komoditas dunia.” (HR Bukhari dan Muslim)

Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah Ta'ala untuk melakukan amalan yang baik sesuai ajaran Islam. Ditanamkan dalam hati kita untuk gampang menerima kebenaran dan mengamalkannya. Semoga.




Assalaamu'alaikum~~~~jaga hati, jaga panca indramu! jaga sikap + perbuatanmu,JANGANTURUTI NAFSU & AMARAHMU = INGAT! GUSTI ALLAH TIDAK PERNAH TIDUR = ->->-.>

PERKENALAN dari ku:

My photo
jakarta - kediri, alam raya, Indonesia
Dalam impian masa remajaku Kucoba kuangkat kembali karung-karung bernama harapan, ku terjatuh, Kucoba untuk bangkit kembali, Aku terjatuh dan aku terjatuh...... Entah berapa kali aku terjatuh, aku tak dapat menghitungnya, Namun aku masih bertahan, karena hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh Hidup adalah perjuangan, memasuki rahasia langit dan bumi, serta mencipta dan mengukir kehidupan adalah tujuan akhirku. Dan kuyakin masih ada hari esok bersama Pelangi. Aku terus berusaha dan berdoa, Aku serahkan tubuh dan jiwaku sepenuhnya untuk-Mu Tuhan,