Friday, March 21, 2008

MASALAH SOULMATE (PERJODOHAN)

“Gimana sih mas caranya, supaya saya bisa mendapat jodoh yang baik?” Pertanyaan ini biasa saya jawab dengan beragam jawaban, tergantung apakah si penanya ini type pemburu ataukah type yang suka diburu. Untuk type pemburu, saya suka menasehatkan :

“Lha sampeyan mau mburu apa? Kalo mau mburu kijang, ya jangan blusukan turut waduk! Ntar dapetnya wader sama mujair. Lha kalo mau mburu ikan, ya jangan byayakan masuk ke padang pasir. Ntar ketemunya ikan dendeng doang…!”

Biasanya kalo si penanya lepel otaknya hanya lulusan SD, atau lulusan S1 tapi nyogok lanjut bertanya…

“Maksudnya apa itu mas?”

“Gini lho Dul… Kalau kamu memang mau nyari jodoh yang baik, ya carilah ke tempat-tempat yang baik. Orang-orang baik hanya akan betah tinggal di lingkungan yang sehabitat dengan dirinya, yakni lingkungan yang baik. Cuma masalahnya, kata “baik” itu beda-beda miturut isi jidat masing-masing.”

“Maksudnya apa itu mas?”
“Lha kalo itu orang dengan latar belakang ilmu agamanya mantabh, yang namanya jodoh yang baik itu ya yang penting sholeh, ngibadahnya tekun, menahan pandangan, gak plerak-plerok kayak kadal ijo, trus patuh tunduk sama rambu-rambu syareat. Tapi kalo orang itu latar belakangnya pemuas syahwat, jodoh yang baek itu ya pokoke yang nyakdhut, moleq monthoq (dibaca dengan qolqolah), mulus, murah senyum, nyah-nyoh, dan cemekel. Masalah ngibadah nomer sewidak rolas. Dan masing-masingnya pasti mendapat sesuai kriterianya.”

“Kok bisa gitu, maksudnya apa itu mas?”
“Lhaiyo, lha kalo sampeyan macak jadi macan, tentu saja ngiler dan ngeces kalo weruh dan lihat daging. Dikasih rumput mukok-mukok wal muntah. Tapi kalo sampeyan macak jadi wedhus bin gembel, lihat krokot dan rumput semrinthil ndekati…. Jadi mesti klop dengan cocokannya…”

Itu type Pemburu. Nah ada juga yang type diburu. Inipun wejangannya lain lagi…

“Maksudnya apa itu mas?”
“Wooo… payah.. bola-bali kok pertanyaannya gitu…!”


“Gini lho, ntuk type yang diburu, ya tinggal milih didatengi siapa… Kalo macak jadi daging, ya yang ndatengi dan nyaplok pasti macan dan sebangsanya. Tapi kalo macak jadi suket, ya jangan salahkan siapa-siapa kalo yang nyaplok itu wedhus dan wadyabalanya.”

Satu cerita pernah dibawakan oleh kalangan tabiin, bahwa mereka terheran-heran dengan adanya seekor burung merak yang runtang-runtung rukun dengan seekor burung gagak. Sebagaimana diketahui, burung merak adalah lambang keindahan, sedangkan burung gagak adalah lambang keburukan dan kengerian… tapi kok bisa rukun. Apa yang mbikin mereka bisa sejodoh? Rupanya setelah diamati, kedua burung itu sama-sama pincang. Mereka diikat oleh kesamaan nasib… pincang.

Yang namanya kebaikan hanya akan disukai dan dicintai oleh orang-orang baik. Dan orang-orang baik hanya akan berkumpul dan berjodoh dalam pertemanan hanya dengan orang baik yang lain. Imam Syafii menasehati kita…

“Nilailah saudaramu, dengan cara melihat dengan siapa mereka berteman dan bergaul…!”

Kanjeng Nabi saw bersabda, “Ruh itu saling berjodoh. Yang sejalan dan cocok akan saling mengenali dan berkumpul, sedangkan yang tak sejalan dan bertentangan akan saling mengingkari…..”

Thursday, March 20, 2008

GUNCANGKANLAH!! (belajar dari keledai)

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan
itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani
memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, Ia memutuskan
bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup
karena berbahaya). Karena tidak berguna untuk menolong si keledai.
ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka
membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. Pada mulanya,
ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis
penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si
keledai menjadi diam.
Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan
ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang
karena apa yang dilihatnya. Meski punggungnya terus ditimpa oleh
bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang
menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang
menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki t anah itu.

Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor
ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan
badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona
ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala
macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari "sumur" (kesedihan,
masalah, beban berat dan sebagainya) adalah dengan mengguncangkan
segala tanah dan kotoran dari diri kita, pikiran kita, dan hati kita
dan segera melangkah naik dari "sumur" dengan menggunakan cara-cara
tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah.
Kita dapat keluar dari "sumur" yang terdalam dengan terus berjuang,
jangan pernah menyerah! Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan
melangkahlah naik!

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Berharaplah lebih sedikit
6. Tersenyumlah


RENUNGKAN………

Saat malam telah menjelang, dan hanya beberapa saat lagi sebelum engkau menuju tempat tidurmu untuk beristirahat, renungkanlah perjalanan hidupmu. Lihatlah apa yang telah engkau lakukan hari ini. Pikirkanlah ke mana hari esok akan membawamu. Sebaik apakah engkau menggunakan waktumu? Sebaik apakah engkau menggunakan kesempatanmu? Sebanyak apakah engkau bersyukur atas nikmat yang telah kau dapatkan hari ini? Jangan sampai hari ini tidak memberimu pelajaran untuk bekalmu setelah kau terbangun di esok hari.

Apakah kau menyadari hidupmu tak seburuk yang selama ini engkau tangiskan? Apakah kau dapat melihatnya, bahwa hidupmu tak sekeruh yang selama ini engkau cemaskan? Engkau hanya butuh waktu untuk keluar dari kegelisahanmu, menuju ke sebuah 'tempat yang tenang', dan lihatlah sesungguhnya engkau memang punya segalanya. Langit dan bumi tersenyum padamu, orang-orang di sekitarmu mengenalmu, dan Tuhanmu selalu menjagamu dan melihat perjuanganmu di dunia ini.
Jangan bersedih akan hal-hal yang kau sadari, karena sebenarnya banyak sekali hal-hal yang kau tak sadari yang sebenarnya telah membuat hidupmu menjadi indah. Janganlah sampai engkau menyia-nyiakannya.


Waktu takkan pernah berhenti meskipun kau coba menghentikannya, maka jangan sampai engkau menganggap remeh sang waktu. Dia bisa menjadi senjata pamungkasmu dalam melewati segala rintangan di dunia ini, tapi dia juga bisa menjadi senjata makan tuanmu yang akan membunuhmu dengan keji. Jadikan ia kuda pacuanmu, karena memang itulah sebaik-baiknya kuda pacuan. Ia akan selalu menjadi yang tercepat, dan jika bukan kau yang menunggangnya, pastilah engkau akan tertinggal di belakangnya.

Pastikanlah kepada dirimu bahwa akan ada senyum di esok hari. Wajibkanlah juga pada dirimu, bahwa senyum itu jangan hanya terpancar di wajahmu, tapi juga di wajah orang-orang di sekitarmu. Tebarkanlah cinta dan kasih sayangmu, karena itu bisa memberikan perdamaian meskipun hanya di suatu tempat yang luasnya tak seberapa.

Perdamaian itu bagaikan intan berlian, yang meskipun besarnya tak seberapa, namun nilainya begitu tingginya.


Janganlah pula engkau berhenti berdoa. Meremehkan kekuatan berdoa sama saja dengan memupuskan harapan yang ada di dalam hatimu, dan mungkin di hati orang lain. Jadikanlah berdoa itu sebuah kebutuhan yang berjalan seiring dengan usahamu. Usaha dan doa adalah pasangan yang dapat menghasilkan kesuksesan dan kebahagiaan. Janganlah sekali-sekali kau remehkan salah satunya, apalagi keduanya. Dengan adanya doa, harapan pun kan datang. Dan dengan adanya harapan, kesempatan pun akan tiba. Jangan sampai kau berputus asa, karena selama kau masih bisa berdoa, kemenangan kan selalu bisa diraih.

Jangan lupakan hari ini... Jangan lupakan malam ini... Selama hari ini belum berakhir, janganlah engkau berputus asa... Selalu ada yang menunggu untuk kau raih, hanya saja kau harus melihatnya dengan mata hatimu...

Wednesday, March 12, 2008

Ditemukan Bahaya Makan Nasi, Hati-hati!!

Hasil research yang baru saja dilakukan membuktikan bahwa makan nasi ternyata tidak baik bagi kita.
Buktinya :
1. NASI MENYEBABKAN KECANDUAN. Responden kami yang tidak makan nasi selama sehari saja akan kelaparan dan merasa sangat ingin makan nasi lagi.
2. SETENGAH dari seluruh siswa Indonesia yang makan nasi nilainya ada di bawah rata-rata kelas.
3. Suku-suku pada zaman batu yang tidak pernah makan nasi terbukti TIDAK PERNAH mengidap tumor, Alzheimer, osteoporosis, ataupun Parkinson.
4. Dokter melarang bayi yang baru lahir untuk makan nasi. Hal ini menjadi bukti bahwa nasi punya dampak berbahaya yang sudah dibuktikan oleh ilmu kedokteran.
5. Nasi yang kering biasa dimakan oleh ayam. Nah, sekarang anda perlu curiga dari mana flu burung berasal.
6. Jumlah pemakan nasi di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemakan nasi di negara maju. Ini mungkin salah satu penyebab keterbelakangan pada negara ini.
7. Di warung-warung, biasanya KULI makan nasi dalam jumlah lebih banyak daripada kaum eksekutif. Hal ini membuktikan bahwa makan nasi MENURUNKAN kemampuan ekonomi seseorang.
9. Makan nasi dapat menyebabkan rasa haus alias MENYERAP air. Padahal tubuh kita sebagian besar terdiri dari air.
10. Dalam kondisi tertentu, makan nasi MENINGKATKAN resiko kematian. Misalnya makan nasi sambil menyetir mobil.
11. Pengidap DIABETES lebih dianjurkan makan kentang daripada nasi. Berarti nasi kurang baik bagi kesehatan.
12. Makan nasi menyebabkan keinginan mengkonsumsi sayur dan lauk. Misalnya nasi bandeng (nasi + bandeng goreng), nasi kucing (nasi + kucing goreng), dsb. Hal ini bisa menyebabkan obesitas.
13. Nasi mengandung ZAT BESI yang konfigurasi elektron terluarnya 4s2. Zat lain yang elektron terluarnya 4 adalah Racun ARSENIK (4p3), Batu batere TITANIUM (4s2), dan racun yang menyerang Superman yaitu KRIPTON (4p6). Ini mengindikasikan bahwa nasi punya kesamaan dengan zat-zat berbahaya lainnya.
15. Nasi DIMASAK dalam suhu lebih dari 100 derajat Celsius. Itu panas yang cukup untuk membunuh orang.
16. Anda pasti akan melihat ke atas lagi untuk membuktikan No. 8 dan No. 14 Tidak ada
Kritik dan Saran : www.friendster.com/kruchild
kruchild@gmail.com


The Complicated JAVANESE Tradition

Sebagai ‘wong jowo’, kulo merasakan betul betapa yang namanya adat terkadang mbikin hidup tambah ruwet. Mungkin tadinya bermaksud baik, namun seiring bergesernya waktu, adat yang tadinya terlihat adiluhur, malah terasa menyesakkan hidup. Apalagi kalo diembel-embeli keyakinan.
Kulo gak begitu tahu banyak adat-adat apa yang harus dilalui seumur hidup manusia. Namun yang sedikit kulo ketahui saja sudah cukup merepotkan manusia. Di sini simbah kutipkan sedikit.
FASE KEHAMILAN
Fase ini harus dilalui dengan banyak berpantang. Wong jowo nyebut “ra ilok”, wong sunda bilang “pamali” atau pantangan yang gak pantes dilakukan. Misalnya :
* pas hamil kalo ngidam harus dituruti, biar anaknya gak ngileran atau ngecesan
* kenthut jangan kenceng2, biar anaknya gak dobolen
* makan jangan glegeken (sendawa), biar anaknya gak buncit perutnya
* kalo lihat orang cacat harus bilang “amit-amit jabang bayi”, biar anaknya tidak lahir cacat
* gak boleh makan ikan mujahir, biar anaknya nggak ndoweh wal ndawir ataupun mencos
* gak boleh nyembelih binatang, takut anaknya lahir kehilangan organ tubuh….. dlsb
Ada juga upacara mitoni. Jangan sangka ini upacara nyembelih ular piton… bukan. Ini upacara menyambut usia kehamilan bulan ke tujuh.

FASE KELAHIRAN SAMPAI REMAJA
Begitu lahir ceprot, ada upacara nanam ari-ari. Bayi laki ari2nya ditanam di samping kanan rumah, bayi perempuan di samping kiri rumah. Sambil dipasangi lampu teplok.
Lima hari kemudian “sepasaran bayi”. Lalu tiap selapan (35 hari) dislameti. Slametan weton namanya. Dulu menunya nasi urap (gudhangan) plus telor dibagi enambelas. Jan keren tenan. Ini masih ditambahi tiap tahun diulang-tahuni. Ritual yang melelahkan.
Kadang yang gak punya duit direwangi ngutang ngalor ngidul. Mbayarnya ngetan ngulon… Sampe ada yang kado ulang tahunnya sebuah Tower…. weh, sugeh pool. Ternyata bapaknya korupsi. Nah saat bisa jalan pun ada upacara “Tedhak Sinten”, yakni syukuran si anak bisa napak jalan. Mungkin orangtuanya khawatir, anaknya jalan gak ngambah lemah, kayak kuntilanak saja.
Nah begitu puber, mulailah ritual dewasa.
Yang pertama latihan bermuka dua dengan pacaran. Muka dua? Lha iya… jika didepan pacar, semua diperlihatkan yang manis-manis dan bagus2. Meludah yang sopan, wahing diempet, angop ditutupi, kenthut dikempit… wah teori John Robert Power dijalani semua. Begitu di rumah ida-idu hoak-hoek, wahing gebras-gebres, angop ngowoh, ngenthut brat-brot sak ampase. Konangan setelah jadi suami isteri.
Trus mulailah ritual lamaran, tukar cincin dengan sederet upacaranya. Nah memasuki pernikahan, adat yang harus dilaksanakan sak tumpuk. Apalagi orang jawa paling seneng dengan yang namanya “pepindhan’ alias perlambang.
RITUAL PERNIKAHAN
Maka dipasangilah saat upacara pernikahan pohon tebu. Maksudnya biar manteb di kalbu. Ada juga Cengkir, agar kenceng anggone mikir. Trus ada upacara sawat-sawatan (saling melempar) daun sirih sambil ketawa-ketawi. Padahal boleh jadi setahun kemudian itu daun sirih diganti batako, sambil saling pisuh-pisuhan suami isteri. Lalu tidak lupa ritual nginjek telur.
Di belakang upacara itu, sang pawang hujan sibuk komat-kamit nolak hujan biar tamunya banyak yang datang. Salah satu cara nolak hujan yang konon katanya manjur adalah dengan melempar celana dalam sang penganten perempuan ke atas genting rumah. Weleh… Belum lagi di dapur mbah dukun sibuk nyajeni pawon (tungku api), kalo sekarang kompor. Katanya biar panas apinya. Kalo kurang sajen dan apinya gak panas, masakannya lama matengnya. Keburu tamunya gumruduk pada ngumpul kleleran belum disuguh. Hayyah… api kok kurang panas… mbok dinyunyukne bathuke mbah dukune ben kroso.
Semua dijalani dengan penuh keruwetan. Lebih terasa ruwet saat dijalani oleh orang dengan aktifitas penuh kesibukan seperti sekarang.
Kulo bukan orang yang anti dengan adat istiadat. Namun adat yang berbau klenik dan tidak mendidik hendaknya dieliminir saja. Adat yang bagus dan mengandung norma yang membangun harus dilestarikan. Apalagi adat yang membuat hidup mudah… itulah yang dimaksud …”yuriidullohu bikumul yusro, walaa yuriidu bikumul ‘usro..” (Allah menghendaki kemudahan buat kalian, dan tidak menghendaki kesukaran atas kalian).



Agar Dosa itu tidak Mengalir (special 4 moslem girl)

Aku datang atas nama Kaum Adam
Tuk sampaikan resahnya pada Kaum hawa
Yang hitam indah terurai panjang
Dengan rangka yang memang memukau

Kadang kau aku suka,
Ku suka dengan senyummu
Hingga akhirnya diriku ingin dekat dirimu
Ujung atas hingga jengkal langkah
Kadang suka aku pandangi

Astagfirullah, maafkan aku yaa Allah
Diriku telah memuji sebuah kesalahan

Wahai kaum Hawa aku pernah melihat
Melihat cahaya di balik kesalahanmu
Yaitu wajah yang lugu
Yaitu wajah yang sayu


Namun semua itu sayang seribu sayang
Karena semua itu di luar perintah-Nya
Semua itu ada di larangan-Nya
Semua itu kerugian untuk Kaum Hawa

Semua itu tiada arti
Karena kecantikanmu ada dalam kesalahan
Memang kadang aku terhindar dari kesalahanmu
Namun sayang itu semua hanya bersifat sementara

Wahai kaum Hawa tidak banyak yang aku minta dari dirimu
Yang aku minta keluarlah dari kesalahanmu
Segeralah kau tutup anggota tubuhmu

Wahai Kaum Hawa aku tidak mau
Dirimu terjerat seumur hidupmu dalam kesalahan
Aku ingin kau segera sadar
Dan jika kau belum sadar
Maka berlarilah hingga kau menyadari
Semuanya dan tahu letak kesalahanmu

Wahai kaum Hawa dunia memang indah
Namun haruskah kita larut dalam keindahan yang sementara
Wahai Kaum Hawa kita ada yang menciptakan
Pastaskah kita melawan-Nya dan selalu dalam larangan-Nya

Wahai Kaum Hawa
Atas nama Kaum Adam
Aku ingin kau sadar untuk segera mungkin
Jangan tunggu hari esok
Karena mungkin kita di hari esok akan mati


Aku tahu semua ini berat tuk dilaksanakan
Namun kau harus ingat ini sebuah kebenaran
Dengan menutup tubuhmu
Dirimu akan mempesona

Perlu kau tahu dengan menutup tubuhmu
Kami kaum Adam telah kau selamatkan
Kau selamatkan dari derasnya dosa
Yang kita rasa bersama-sama


NB :
Untaian kata ini aku buat untuk para wanita terutama yang masih belum sempat atau masih lupa memakai jilbab. Perlu kita ketahui bersama-sama bahwasanya seorang wanita yang terlihat auratnya maka, yang melihat dan yang terlihat sama-sama kena dosa. Bayangkan jika setiap detik aurat itu terlihat maka selama itu dosa mengalir dan mungkin jika di jumlah melebihi hutang bangsa ini. Masihkah kita tetap rela dosa itu tetap mengalir dan merasakan panasnya neraka kelak.Oleh karena itu cobalah untuk memulainya (memakai jilbab)saat ini jangan tunggu hari esok! "Hindari berpakain tapi telanjang" (tak berjilbab).

Dan Gerbong Kereta pun Bersaksi

“Kemarin kau tak mengaji. Hari ini tak mengaji, tak sembahyang pula kau… mau jadi manusia macam apa kau nak…” tegur seorang ibu kepada anak lelakinya yang baru berusia sekitar delapan tahun.

“Bukannya tak mau sembahyang mak. Di kereta banyak pembeli, kan sayang. Lagipula itu kan rejeki…” sanggah sang anak yang masih menggendong kotak rokok dan permen dagangannya.

“Hey … apa kau bilang??? Rejeki tu sudah ada yang mengaturnya. Bukan kau yang menentukan apa kau dapat rejeki atau tidak hari ini. Kalau kau tak berdoa pada-Nya, mungkin esok kau tak seberuntung hari ini…”.




Kata-kata itu, sungguh membuat ku terkesima. Sebuah cuplikan fragmen keimanan yang kutangkap hanya beberapa menit saat kuberdiri di Stasiun Kereta Api Tanah abang, Jakarta, Ada gemuruh yang menderu di dalam dada ini melihat pemandangan menakjubkan di depanku, terlebih mendengar dialog yang lumayan menggetarkan itu. Betapa tidak, seorang ibu yang tengah menggendong anaknya yang masih balita, ditemani putri sulungnya yang berusia tidak lebih dari dua belas tahun, meski tidak serapih muslimah-muslimah yang biasa kutemui di kampus-kampus atau perkantoran, tapi ia berusaha untuk menutupi bagian kepalanya dengan jilbab lusuh, bahu membahu bersama sang Ayah berdagang di emperan stasiun. Sementara anaknya yang lelaki, diberinya tanggungjawab berjualan rokok, tissue dan permen di gerbong KA Jabotabek.

Mari, ingin sekali kuajak Anda merenung tentang mereka sebelum bicara tentang diri kita sendiri. Setiap dini hari mata terjaga mendahului kokok ayam paling pagi untuk mengepak barang-barang yang akan digelar di stasiun kereta api yang berdebu, kadang sesak di pagi dan sore hari saat jam pergi dan pulang kantor, yang sudah pasti tak berpengatur udara. Tak ada kursi empuk selain alas koran yang tidak jarang membuat pinggang dan tulang bokong mereka pegal-pegal sekaligus panas, jika tak sering-sering bangun, kemudian duduk kembali sekedar melancarkan peredaran darah. Keringat yang keluar tak bisa diukur dari nine to five seperti kebanyakan kita. Sedangkan si bocah lelaki keluar masuk dan turun naik dari gerbong ke gerbong, dari pagi hingga sore menjelang dengan segala bentuk bahaya yang senantiasa menanti.

Tapi, tak sedikitpun mereka ragu bahwa Dia-lah yang mengatur semua rizki bagi manusia, tidak terkecuali mereka. Sehingga sedemikian marahnya si ibu setelah mendapat laporan dari si sulung bahwa anak lelakinya sudah dua hari tak mengaji, dan hari ini kedapatan tak sembahyang Dzuhur.

Kemudian mari tengok diri ini.!!!!

Sunday, March 9, 2008

Berdamai Dengan Senja Jakarta

"Uugh macet lagi! mana udah sore lagih, rese ni Jakarta!!"

Keluh itulah yang terlontar dari hampir setiap penumpang Kopaja 71 jurusan Blok M - Bintaro sore itu, dengan bahasa yang berlainan tentu. Jalan sangat padat, bukan lagi merayap tapi tiarap sambil merayap.

Sore itu kepulanganku dari pameran buku di Senayan. Tanda-tanda macet sudah tampak, susahnya Kopaja kosong yang didapat dari mulai gerbang senayan. Entah mengapa saat itu waktu berjalan perlahan. Detik demi detik terkalahkan percepatan denyut nadi. aku sudah tidak tahan lagi. Satu-persatu umpatan terlontar, entah itu kepada supir Kopaja, kepada supir mobil-mobil disamping kopaja, kepada pengendara sepeda motor yang seenaknya nyalip-nyalip, dan umpatan-umpatan kepada yang lain.
Tiba-tiba kepala ini dipenuhi dengan gerutu yang tak tentu, pikiran ini jadi serba sensitif. Tak terasa keringat bercucuran memenuhi dahi. Suasana memang panas di dalam Kopaja, mana ada Kopaja ber-AC. Lalu hati ini berandai-andai, "Andai tadi naik ini. Andai tadi tidak ke arah sini. Andai punya kendaraan sendiri. Andai ada AC. Andai..." dan beribu andai yang mengucur sederas keringat. Semua serba menyebalkan. Uugh!

Senja Jakarta begitu menakutkan bagi para penumpang dan pengguna jalan. Dimana-mana macet, serasa si Komo selalu lewat. Ya, banyak sore aku lewati dengan kondisi seperti itu di Jakarta. Entah mungkin di kota lain. Jika memang sering, mengapa sampai sekarang masih belum terbiasa. Ya itulah salah satu keajaiban Jakarta. Kemacetan sudah menjadi kebiasaan yang dimaklumi. Entah siapa yang harus disalahkan.


Pada satu sore, masih dengan suasana macet. Disamping kanan atas kulihat Kopaja berpenumpang seorang akhwat. Ups, jaga pandangan!. Hey bukan itu maksudnya. Kulihat dia memegang Al-Qur'an, dan dengan tenangnya tilawah ditengah kebisingan dan panasnya suasana. Lalu ingatanku melayang pada kondisi yang sama dengan suasana hati yang berbeda yang aku alami. Ah, betapa malunya.

Terbayang sore-sore yang dilewati dengan penuh kesia-siaan di atas Kopaja. Entahlah, kali itu kulihat deretan mobil berbeda. Dengan atau tanpa gerutu kita, kemacetan ini tidak akan pernah berubah begitu saja. Tidak perlu dicari siapa yang salah, kita sendiri sebetulnya yang kurang sabar. Akhirnya aku temukan jalan untuk bisa berdamai dengan senja Jakarta. Untuk bisa melatih kesabaran jika sewaktu-waktu kita merasa sangat tidak sabaran.

"naik Kopaja yuk!"

Budaya "korupsi" kita

Korupsi Kecil



Suatu hari di sebuah hypermarket. Karton yang digantung bertuliskan "Kelengkeng Bangkok Rp 890/ons" itu nyaris tak terlihat karena dipenuhi kerumunan orang. Apalagi keranjang kelengkengnya.

Dan olala, di sekeliling saya, beberapa bapak keren, ibu-ibu trendy dan gadis cantik dengan tenang dan cuek mengupasi biji-biji kelengkeng itu dan memakannya di tempat, seakan buah bulat kecil itu adalah makanan yang disediakan untuk mereka, tanpa peduli pada papan bertuliskan besar-besar "MOHON UNTUK TIDAK MENCICIPI” yang ditancapkan di antara keranjang.

Kulit kelengkeng bertebaran di antara buah yang ada, makin lama makin banyak, dan papan itu pun berdiri sendiri. Sepi. Seorang petugas terpaksa bersabar menunggu agak sepi untuk membersihkan sampah ranting dan kulit kelengkeng tanpa berani menegur tindakan ‘para pembeli yang terhormat itu’.

***

Ya, inilah Indonesia. Selalu itu komentar saya bila ada kebiasaan ‘aneh’ orang Indonesia. Menyeberang jalan dengan memotong pagar pembatas sudah biasa, padahal di atasnya ada jembatan penyebarangan yang cukup lega dan nyaman dengan kanopinya walau, yaa, capek sedikit karena harus naik turun tangga. Buang sampah sembarangan juga sudah biasa, karena di kereta, halte dan tempat-tempat umum lain tak ada tempat sampah. Termasuk soal ‘mencicipi’ makanan di tempat orang berjualan.

Hal kecil itu dianggap sebagai sesuatu yang biasa, sangat biasa malah. Saking biasa dan wajarnya hingga yang melakukannya pun bukan cuma orang miskin yang memanfaatkan kesempatan untuk dapat makan gratis. Bahkan kebanyakan mereka adalah dari kalangan yang sebenarnya sangat tidak berkekurangan. Tengok pula, berapa banyak ibu-ibu atau nyonya-nyonya belanja sayur di pasar atau pun di tukang sayur yang sering mencicipi berbiji-biji dan minta tambahan tanpa keridhoan si penjual.

Jadi?
Sesungguhnya ini adalah masalah paradigma, cara pandang, yang kemudian membudaya. Cara pandang yang menganggap kata korupsi hanya perlu dilabelkan pada hal-hal besar, entah urusannya yang besar atau pun nilainya yang besar. Namun kalau sekedar mencicip makanan, mengurangi ongkos bis atau minta tambah ke penjual adalah hal biasa saja. Demikian apa yang dipikirkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Padahal, lupakah kita bahwa Allah melarang kita memakan dan mengambil sesuatu yang bukan haknya, kecil atau pun besar nilainya? Allah menyebut “Janganlah engkau ambil sesuatu yang bukan hakmu.” Dan itu berlaku untuk semua. Sebiji kelengkeng maupun seratus perak ongkos yang mesti kita bayarkan. Sebutir anggur maupun mengambil duit yang dititipkan nasabah di bank.

***

Di sebuah supermarket lain.
Seorang anak SD merengek takut-takut kepada ibunya untuk makan buah kelengkeng. Sang ibu yang sedang memasukkan buah kelengkeng ke kantong plastiknya di keranjang lain, dengan enteng menjawab, ”Ya udah ambil! Makan aja, gak papa.” Kata si Ibu enteng sambil terus memasukkan buah kelengkeng ke kantong belanjaannya. Sang anak pun meraup segenggam kelengkeng dari keranjangnya dengan sembunyi-sembunyi dan memasukkannya ke kantong rok yang dipakainya. Diambilnya satu butir lagi, langsung kupas dan masuk mulut. Saat matanya bersirobok pandang dengan saya, dia bergegas menghindar sambil melirik takut-takut.

Seorang anak yang polos bisa merasakan, bahwa apa yang dilakukannya bukanlah tindakan yang tidak benar. Namun ajaran yang diterimanya dari ibunya, bisa jadi akan membuatnya menjadi seperti bapak keren, ibu trendy dan gadis cantik yang saya ceritakan di awal paragrap, pada suatu hari nanti saat dia beranjak dewasa. Kecuali kalau kita semua, para orang dewasa, tidak lagi menganggap hal-hal semacam ini sebagai suatu masalah ‘kecil’ dan wajar. Kecuali kalau kita mulai menempatkan sesuatu pada haknya, mulai dari diri sendiri dan hal-hal kecil yang kita lakukan.



Mereka Sebenarnya Mengajarkan Kita

Hal yang sangat menyedihkan adalah saat kau jujur pada temanmu, dia berdusta padamu. Saat dia telah berjanji padamu, dia mengingkarinya. Saat kau memberikan perhatian, dia tidak menghargainya. Hal yang sangat mengecewakan adalah kau dibutuhkan hanya pada saat dia dalam kesulitan.

Jangan pernah menyesali atas apa yang terjadi padamu! Sebenarnya hal-hal yang kau alami sedang mengajarimu. Saat temanmu berdusta padamu atau tidak menepati janjinya padamu atau dia tidak menghargai perhatian yang kau berikan, sebenarnya dia telah mengajarimu agar kau tidak berperilaku seperti dia.

Bila kau dibutuhkan hanya pada saat dia sedang kesulitan sebenarnya juga telah mengajarimu untuk menjadi orang yang arif dan santun, kau telah membantunya saat dia dalam kesulitan.

Hal yang menyakitkan adalah saat kau mencintai seseorang dengan tulus tapi dia tidak mencintaimu atau dia yang kau sayangi tiba-tiba mengirimkan kartu undangan pernikahannya, sebenarnya hal ini sedang mengajarimu untuk RIDHA menerima takdir-Nya.


Begitu banyak hal yang tidak menyenangkan yang sering kau alami atau bertemu dengan orang-orang yang menjengkelkan, egois dan sikap yang tidak mengenakkan. Dan betapa tidak menyenangkan menjadi orang yang dikecewakan, disakiti, tidak diperdulikan/dicuekin, atau bahkan dicaci dan dihina. Sebenarnya orang-orang tersebut sedang mengajarimu uuntuk melatih membersihkan hati dan jiwa, melatih untuk menjadi orang yang sabar dan mengajarimu untuk tidak berperilaku seperti itu.

Mungkin ALLAH menginginkan kau bertemu orang dalam berbagai macam karakter yang tidak menyenangkan sebelum kau bertemu dengan orang yang menyenangkan dalam kehidupanmu dan kau harus mengerti bagaimana erterimakasih atas karunia itu yang telah mengajarkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupmu.

Assalaamu'alaikum~~~~jaga hati, jaga panca indramu! jaga sikap + perbuatanmu,JANGANTURUTI NAFSU & AMARAHMU = INGAT! GUSTI ALLAH TIDAK PERNAH TIDUR = ->->-.>

PERKENALAN dari ku:

My photo
jakarta - kediri, alam raya, Indonesia
Dalam impian masa remajaku Kucoba kuangkat kembali karung-karung bernama harapan, ku terjatuh, Kucoba untuk bangkit kembali, Aku terjatuh dan aku terjatuh...... Entah berapa kali aku terjatuh, aku tak dapat menghitungnya, Namun aku masih bertahan, karena hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh Hidup adalah perjuangan, memasuki rahasia langit dan bumi, serta mencipta dan mengukir kehidupan adalah tujuan akhirku. Dan kuyakin masih ada hari esok bersama Pelangi. Aku terus berusaha dan berdoa, Aku serahkan tubuh dan jiwaku sepenuhnya untuk-Mu Tuhan,