"Uugh macet lagi! mana udah sore lagih, rese ni Jakarta!!"
Keluh itulah yang terlontar dari hampir setiap penumpang Kopaja 71 jurusan Blok M - Bintaro sore itu, dengan bahasa yang berlainan tentu. Jalan sangat padat, bukan lagi merayap tapi tiarap sambil merayap.
Sore itu kepulanganku dari pameran buku di Senayan. Tanda-tanda macet sudah tampak, susahnya Kopaja kosong yang didapat dari mulai gerbang senayan. Entah mengapa saat itu waktu berjalan perlahan. Detik demi detik terkalahkan percepatan denyut nadi. aku sudah tidak tahan lagi. Satu-persatu umpatan terlontar, entah itu kepada supir Kopaja, kepada supir mobil-mobil disamping kopaja, kepada pengendara sepeda motor yang seenaknya nyalip-nyalip, dan umpatan-umpatan kepada yang lain.
Tiba-tiba kepala ini dipenuhi dengan gerutu yang tak tentu, pikiran ini jadi serba sensitif. Tak terasa keringat bercucuran memenuhi dahi. Suasana memang panas di dalam Kopaja, mana ada Kopaja ber-AC. Lalu hati ini berandai-andai, "Andai tadi naik ini. Andai tadi tidak ke arah sini. Andai punya kendaraan sendiri. Andai ada AC. Andai..." dan beribu andai yang mengucur sederas keringat. Semua serba menyebalkan. Uugh!
Senja Jakarta begitu menakutkan bagi para penumpang dan pengguna jalan. Dimana-mana macet, serasa si Komo selalu lewat. Ya, banyak sore aku lewati dengan kondisi seperti itu di Jakarta. Entah mungkin di kota lain. Jika memang sering, mengapa sampai sekarang masih belum terbiasa. Ya itulah salah satu keajaiban Jakarta. Kemacetan sudah menjadi kebiasaan yang dimaklumi. Entah siapa yang harus disalahkan.
Pada satu sore, masih dengan suasana macet. Disamping kanan atas kulihat Kopaja berpenumpang seorang akhwat. Ups, jaga pandangan!. Hey bukan itu maksudnya. Kulihat dia memegang Al-Qur'an, dan dengan tenangnya tilawah ditengah kebisingan dan panasnya suasana. Lalu ingatanku melayang pada kondisi yang sama dengan suasana hati yang berbeda yang aku alami. Ah, betapa malunya.
Terbayang sore-sore yang dilewati dengan penuh kesia-siaan di atas Kopaja. Entahlah, kali itu kulihat deretan mobil berbeda. Dengan atau tanpa gerutu kita, kemacetan ini tidak akan pernah berubah begitu saja. Tidak perlu dicari siapa yang salah, kita sendiri sebetulnya yang kurang sabar. Akhirnya aku temukan jalan untuk bisa berdamai dengan senja Jakarta. Untuk bisa melatih kesabaran jika sewaktu-waktu kita merasa sangat tidak sabaran.
"naik Kopaja yuk!"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
PERKENALAN dari ku:

- Ba'ul "kruchild" Ulum
- jakarta - kediri, alam raya, Indonesia
- Dalam impian masa remajaku Kucoba kuangkat kembali karung-karung bernama harapan, ku terjatuh, Kucoba untuk bangkit kembali, Aku terjatuh dan aku terjatuh...... Entah berapa kali aku terjatuh, aku tak dapat menghitungnya, Namun aku masih bertahan, karena hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh Hidup adalah perjuangan, memasuki rahasia langit dan bumi, serta mencipta dan mengukir kehidupan adalah tujuan akhirku. Dan kuyakin masih ada hari esok bersama Pelangi. Aku terus berusaha dan berdoa, Aku serahkan tubuh dan jiwaku sepenuhnya untuk-Mu Tuhan,
Kategori
- Cerita Hati (8)
- Hikmah dalam kisah (4)
- Just Kidding (4)
- kabar agak penting (9)
- Kritik - Nasihat (18)
- Refleksi kehidupan (19)
No comments:
Post a Comment