Sebagai ‘wong jowo’, kulo merasakan betul betapa yang namanya adat terkadang mbikin hidup tambah ruwet. Mungkin tadinya bermaksud baik, namun seiring bergesernya waktu, adat yang tadinya terlihat adiluhur, malah terasa menyesakkan hidup. Apalagi kalo diembel-embeli keyakinan.
Kulo gak begitu tahu banyak adat-adat apa yang harus dilalui seumur hidup manusia. Namun yang sedikit kulo ketahui saja sudah cukup merepotkan manusia. Di sini simbah kutipkan sedikit.
FASE KEHAMILAN
Fase ini harus dilalui dengan banyak berpantang. Wong jowo nyebut “ra ilok”, wong sunda bilang “pamali” atau pantangan yang gak pantes dilakukan. Misalnya :
* pas hamil kalo ngidam harus dituruti, biar anaknya gak ngileran atau ngecesan
* kenthut jangan kenceng2, biar anaknya gak dobolen
* makan jangan glegeken (sendawa), biar anaknya gak buncit perutnya
* kalo lihat orang cacat harus bilang “amit-amit jabang bayi”, biar anaknya tidak lahir cacat
* gak boleh makan ikan mujahir, biar anaknya nggak ndoweh wal ndawir ataupun mencos
* gak boleh nyembelih binatang, takut anaknya lahir kehilangan organ tubuh….. dlsb
Ada juga upacara mitoni. Jangan sangka ini upacara nyembelih ular piton… bukan. Ini upacara menyambut usia kehamilan bulan ke tujuh.
FASE KELAHIRAN SAMPAI REMAJA
Begitu lahir ceprot, ada upacara nanam ari-ari. Bayi laki ari2nya ditanam di samping kanan rumah, bayi perempuan di samping kiri rumah. Sambil dipasangi lampu teplok.
Lima hari kemudian “sepasaran bayi”. Lalu tiap selapan (35 hari) dislameti. Slametan weton namanya. Dulu menunya nasi urap (gudhangan) plus telor dibagi enambelas. Jan keren tenan. Ini masih ditambahi tiap tahun diulang-tahuni. Ritual yang melelahkan.
Kadang yang gak punya duit direwangi ngutang ngalor ngidul. Mbayarnya ngetan ngulon… Sampe ada yang kado ulang tahunnya sebuah Tower…. weh, sugeh pool. Ternyata bapaknya korupsi. Nah saat bisa jalan pun ada upacara “Tedhak Sinten”, yakni syukuran si anak bisa napak jalan. Mungkin orangtuanya khawatir, anaknya jalan gak ngambah lemah, kayak kuntilanak saja.
Nah begitu puber, mulailah ritual dewasa.
Yang pertama latihan bermuka dua dengan pacaran. Muka dua? Lha iya… jika didepan pacar, semua diperlihatkan yang manis-manis dan bagus2. Meludah yang sopan, wahing diempet, angop ditutupi, kenthut dikempit… wah teori John Robert Power dijalani semua. Begitu di rumah ida-idu hoak-hoek, wahing gebras-gebres, angop ngowoh, ngenthut brat-brot sak ampase. Konangan setelah jadi suami isteri.
Trus mulailah ritual lamaran, tukar cincin dengan sederet upacaranya. Nah memasuki pernikahan, adat yang harus dilaksanakan sak tumpuk. Apalagi orang jawa paling seneng dengan yang namanya “pepindhan’ alias perlambang.
RITUAL PERNIKAHAN
Maka dipasangilah saat upacara pernikahan pohon tebu. Maksudnya biar manteb di kalbu. Ada juga Cengkir, agar kenceng anggone mikir. Trus ada upacara sawat-sawatan (saling melempar) daun sirih sambil ketawa-ketawi. Padahal boleh jadi setahun kemudian itu daun sirih diganti batako, sambil saling pisuh-pisuhan suami isteri. Lalu tidak lupa ritual nginjek telur.
Di belakang upacara itu, sang pawang hujan sibuk komat-kamit nolak hujan biar tamunya banyak yang datang. Salah satu cara nolak hujan yang konon katanya manjur adalah dengan melempar celana dalam sang penganten perempuan ke atas genting rumah. Weleh… Belum lagi di dapur mbah dukun sibuk nyajeni pawon (tungku api), kalo sekarang kompor. Katanya biar panas apinya. Kalo kurang sajen dan apinya gak panas, masakannya lama matengnya. Keburu tamunya gumruduk pada ngumpul kleleran belum disuguh. Hayyah… api kok kurang panas… mbok dinyunyukne bathuke mbah dukune ben kroso.
Semua dijalani dengan penuh keruwetan. Lebih terasa ruwet saat dijalani oleh orang dengan aktifitas penuh kesibukan seperti sekarang.
Kulo bukan orang yang anti dengan adat istiadat. Namun adat yang berbau klenik dan tidak mendidik hendaknya dieliminir saja. Adat yang bagus dan mengandung norma yang membangun harus dilestarikan. Apalagi adat yang membuat hidup mudah… itulah yang dimaksud …”yuriidullohu bikumul yusro, walaa yuriidu bikumul ‘usro..” (Allah menghendaki kemudahan buat kalian, dan tidak menghendaki kesukaran atas kalian).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
PERKENALAN dari ku:

- Ba'ul "kruchild" Ulum
- jakarta - kediri, alam raya, Indonesia
- Dalam impian masa remajaku Kucoba kuangkat kembali karung-karung bernama harapan, ku terjatuh, Kucoba untuk bangkit kembali, Aku terjatuh dan aku terjatuh...... Entah berapa kali aku terjatuh, aku tak dapat menghitungnya, Namun aku masih bertahan, karena hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh Hidup adalah perjuangan, memasuki rahasia langit dan bumi, serta mencipta dan mengukir kehidupan adalah tujuan akhirku. Dan kuyakin masih ada hari esok bersama Pelangi. Aku terus berusaha dan berdoa, Aku serahkan tubuh dan jiwaku sepenuhnya untuk-Mu Tuhan,
Kategori
- Cerita Hati (8)
- Hikmah dalam kisah (4)
- Just Kidding (4)
- kabar agak penting (9)
- Kritik - Nasihat (18)
- Refleksi kehidupan (19)
No comments:
Post a Comment