Tuesday, February 5, 2008

The real indonesian

Economic Class

Bagi sampeyan yang gemar melakukan perjalanan naik kendaraan umum dan kebetulan duiknya turah mblasah, Kereta Api kelas ekonomi bukanlah termasuk daftar pilihan. Biasanya kereta api kelas ini hanyalah alternativ di kala duit sudah limit, posisi kocek terjepit, nyari yang lain sulit dan kondisi perut melilit.

Padahal kalo pingin melihat hakekat gambaran nyata kondisi rakyat Indonesia, ya disitulah tempatnya. Lha kalo kebetulan ada turis asing yang gak paham tentang Indonesia trus dituntun nglencer di sekitar Sudirman Thamrin, maka kesimpulannya Indonesia ini sudah memasuki era masyarakat adil makmur, gemah ripah loh diloloh, tata tentrem kerto dimejo. Lha yang diplototi gedung menjulang magrong-magrong, mobil mewah kinclong, prawan ayu denok deblong ayu moblong-moblong, hiasan jalan katon mencorong, serta jalan halus tanpa bolong.

Lha Kalo kluyuran dan sobonya cuma berkutat disitu dan kesitu lagi, maka tontonan sinetron yang isinya seneng-seneng sudah tak begitu menghibur. Pilem anak SMP ke sekolah naik BMW atau Perari bukan hal aneh. Pilem anak SMA sosot-sosotan bukan hal tabu. Bahkan mungkin sinetron yang menghibur adalah sinetron yang bertabur tangis air mata, mengumbar derita dan sengsara. Sebab sudah wareg seneng-seneng, butuh suasana baru dengan entertainment penuh tangis dan derita.

Namun jika sampeyan pingin melihat masyarakat Indonesia apa adanya, naiklah kereta api ekonomi Jakarta-Kediri. Penulis skenario pilem tragedi boleh nyari ide disini, dijamin gak akan kehabisan ide. Benar-benar sinetron live, siaran langsung lagi. Kisah ratapan anak tiri kalah jauh.

Kisahnya akan makin tragis kalo sampeyan sepanjang perjalanan gak bawa duik receh. Diatungi pengemis buntung kaki, mlengos. Dimintai gembel tua berkoreng nanah, mlengos lagi. Tukang sapu liwat, mlengos lagi. Waria ngamen, tambah mlengos.. sampai dicubit dengan genit tetep mlengos. Sampai akhirnya dipisuhi “cethil bin pelit” baru bilang, “gak duwe receh, nyai..”.

Dan komunitas semacam itu bukan hanya satu dua rombongan. Pokoke sambung menyambung menjadi satu… itulah Indonesia.

Bagi sampeyan yang bingung menyalurkan dana infak maupun dana sosial, silakan saja mencari sasaran ke situ. Gambaran masyarakat Sudirman-Thamrin yang penuh gemerlap perlu dinetralisir dengan gambaran Kereta Api kelas Ekonomi. Politisi di DPR maupun kalangan eksekutiv dan yudikativ perlu naik KA kelas ekonomi seminggu minimal 20 jam. Kalo tetep korupsi terus, jian memang atine tinggal rempelo mungkin.

Kalo sampeyan mau belajar bersyukur, mau mencari hiburan hati, melembutkan batin, disitulah tempatnya. Kulo sampun melakukan beberapa kali. Biar gak lupa bahwa kita ternyata masih diberi nikmat banyak. Kadangkala musibah kecil menutupi milyaran nikmat yang tak terhitung. Itu yang biasa mbikin kita kufur nikmat. Gunung besar jadi gak terlihat, kalah besar tertutupi jari kelingking, manakala jari kelingking ditaroh di depan mata kita. Padahal jari kelingking itu kecil sedangkan gunung itu besar… :)

1 comment:

Anonymous said...

Apa yang kamu bilang memang benar bahkan bukan hanya Jakarta-kdr, di KA Mlg-kdr pun demikian. Tapi jangan melihat dari satu sisi saja. Coba amati orang-orangnya yang meminta-minta yang nyapu dan yang ngamen personelnya ya tetep itu-itu saja.. Bahkan lagu, gaya, yang ditampilkan juga g da perubahan. Bisa jadi mereka menjadikan ini sebagai profesi dan mereka akan selalu meletakkan tangan mereka di bawah tanpa berusaha untuk memindahkan tangan di atas...
Knp bisa terjadi? karena kalau dihitung2 penghasilan mereka cukup besar bahkan lebih besar dari pada kerja seharian sebagai kuli.. Meskipun ada diantara mereka yang benar2 terhimpit masalah ekonomi. so jangan hanya melihat sesuatu dari satu sisi saja coba lihat sekitar lebih dalam.

Assalaamu'alaikum~~~~jaga hati, jaga panca indramu! jaga sikap + perbuatanmu,JANGANTURUTI NAFSU & AMARAHMU = INGAT! GUSTI ALLAH TIDAK PERNAH TIDUR = ->->-.>

PERKENALAN dari ku:

My photo
jakarta - kediri, alam raya, Indonesia
Dalam impian masa remajaku Kucoba kuangkat kembali karung-karung bernama harapan, ku terjatuh, Kucoba untuk bangkit kembali, Aku terjatuh dan aku terjatuh...... Entah berapa kali aku terjatuh, aku tak dapat menghitungnya, Namun aku masih bertahan, karena hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh Hidup adalah perjuangan, memasuki rahasia langit dan bumi, serta mencipta dan mengukir kehidupan adalah tujuan akhirku. Dan kuyakin masih ada hari esok bersama Pelangi. Aku terus berusaha dan berdoa, Aku serahkan tubuh dan jiwaku sepenuhnya untuk-Mu Tuhan,